breaking news New

Wisata Ziarah ke Makam Kanjeng Sunan Kalijaga

Wisata Ziarah ke Makam Kanjeng Sunan Kalijaga Sumber foto: Sigit Kurniawan/www.travelklik.com.

Travelklik - Berada di Kota Demak, Jawa Tengah tentu tak lepas dari tujuan utama mengunjungi Masjid Demak yang merupakan masjid bersejarah. Selain berwisata ke masjid yang dibangun oleh Raden Fatah tersebut, kita juga bisa melakukan wisata ziarah ke makam salah seorang dari wali songo, yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga.

Makam Kanjeng Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan daerah di sebelah timur Kota Demak. Area Makam Sunan Kalijaga berada di antara perumahan penduduk. Jalan menuju ke makam merupakan jalan kampung yang sempit kurang lebih 500 m.

Jika wisatawan dari Kota Semarang arah ke timur, dan jika masih kurang jelas wisatawan bisa bertanya dengan orang-orang sekitar dimana tempat makam keramat Sunan Kalijaga. Banyak rambu-rambu jalan yang menjadi petunjuk arah menuju makam keramat Sunan Kalijaga.

Setiap hari, makam Kanjeng Sunan Kalijaga ramai dikunjungi peziarah. Pada hari-hari tertentu banyak peziarah yang datang, terutama hari Kamis, Jumat dan Minggu. Bahkan, pada hari Kamis malam Jumat Kliwon.

Sementara pada tanggal 10 Dzulhijjah, makam Sunan Kalijaga ramai dikunjungi peziarah. Mereka ingin melihat atau mengikuti upacara penjamasan benda-benda pusaka, terutama berupa `Kelambi Kiai Gondil` dan `Klambi Onto Kusumo`.

Yang menarik dari apa yang dilakukan para peziarah di Makam Sunan Kalijaga selain berdoa dan berzikir adalah dimana mereka menyentuh atau menepuk bagian atas pintu masuk makam. Meski tidak atau bukan bagian dari ritual saat berziarah, namun banyak dari peziarah yang melakukannya. Konon, katanya dengan jika berhasil menepuk bagian atas pintu apa yang menjadi keinginan peziarah akan dikabulkan saat berziarah ke makam Kanjeng Sunan Kalijaga.

Banyak wisatawan para peziarah yang berdoa mengelilingi makam Sunan Kalijaga. Mereka berdoa baik perorangan atau bersama-sama dipimpin oleh orang yang mengerti agama Islam.

Di salah satu sisi makam, wisatawan juga bisa meminum air yang disediakan pihak pengelola makam Sunan Kalijaga. Wisatawan bisa meminum air tersebut tanpa dipungut biaya alias gratis. Namun, jika wisatawan ingin bersedekah, sebuah kotak amal ada di dekat tempat air minum tersebut.

Berwisata ziara ke makam salah seorang Wali Songo, tentu belum lengkap jika tak mengenal siapa sebenarnya Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari bupati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta (Raden Sahur). Sunan Kalijaga terlahir dengan nama Raden Said ia adalah keturunan orang jawa namun ada juga sumber yang mengatakan beliau keturunan orang Arab.

Kehidupan Raden Said sebagai Putra Bupati bisa dibilang sangat nyaman, Raden Said  hidup dengan damai, tentram, aman dan jaya, namun saat Raden Said melihat dan mendengar bahwa masih ada rakyat yang sengsara, hati beliau resah dan tersentuh, pada saat itulah mulai perjalanan Raden Said mencari jatidirinya.

Raden said adalah orang yang sangat jujur, tegas dan baik hati. beliau tidak tahan melihat penindasan dan melihat rakyat-rakyat sengsara, beliau pun turun tangan dan membantu para kaum fakir miskin dengan merampok kekayaan para saudagar dan di bagikan ke para fakir miskin yang membutuhkan. Tidak hanya sekali Raden Said merampok dan selalu berhasil, semenjak itulah Raden Said mendapat julukan Brandal Lokajaya.

Waktu terus berlalu dan Brandal Lokajaya masih saja menjadi Brandalan, di saat Brandal Lokajaya sedang melintas di jalan beliau bertemu dengan Sunan Bonang, Sunan Bonang adalah salah satu tokoh ternama dari Wali Songo, Brandal Lokajaya tertarik ingin merampok Sunan Bonang karena ia menggunakan tongkat emas.

Melihat kesaktian dari Sunan Bonang, Raden Said pun ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang pun meminta Raden Said untuk menjaga tongkatnya yang ditancapkan di tepi sungai, tepatnya di daerah Sekardadi, Kecamatan Jenu.

Tanpa Ragu Brandal Lokajaya duduk bertapa di pinggiran sungai tersebut selama bertahun-tahun. Sekian waktu Raden Said bertapa beliau mengalami berbagai halangan dan rintangan seperti hujan, panas, dan ganasnya alam liar.

Sampai suatu ketika Sunan Bonang datang dan menjemput Raden Said untuk mengakui bahwa Raden Said sudah pantas menjadi muridnya. Sunan Bonang memberi gelar Raden Said dengan nama Sunan Kalijaga, kata Sunan Kalijaga di ambil dari "kali" artinya sungai dan "jaga" artinya menjaga. (Traveller: Sigit Kurniawan)